PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Israiliyat merupakan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bil
Ma’tsur (tafsir berdasarkan hadits dan riwayat). Keberadaannya diselah-selah penafsiran Al-Qur’an dapat menimbulkan perusakan ajaran
islam tanpa disadari oleh umat, khususnya isarailiyat yang merusak aqidah.
Israiliyat sebenarnya kisah yang bersumber
dari literatur ahli kitab, yang kebanyakan bersumber dari orang-orang yahudi,
atau orang islam yang dulunya memeluk ajaran tersebut.Beberapa shahabat yang beragama tersebut adalah Ka’b
al-Akhbar, Wahb bin Munabbihdan lain-lain.Sebenarnya para shahabat yang masuk
Islam itu tidak menyampaikan cerita bohong.Sebab selama mereka memeluk agama
itu, kisah-kisah itulah yang mereka punya.
B. Rumusan Masalah
a.
Pengertian Israiliyyat
b.
Latar belakang muncul dan berkembangnya Israiliyyat
c.
Macam-macam berita Israiliyyat dan contohnya
d.
Sikap ulama terhadap kisah Israiliyyat
e.
Sebab-sebab Masuknya Israiliyyat
f.
Hukum Meriwayatkan Kisah Israiliyyat
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal
yang mengenai “kisah-kisah Israiliyyat”. Agar para
pembaca dapat memahami apa itu kisah-kisah Israiliyyat yang terdapat di dalam
Al-Qur’an. Karena pada zaman sekarang ini banyak sekali kisah-kisah yang datang
dari kalangan Yahudi yang dapat merusak aqidah umat islam.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Israiliyyat
Tentunya banyak
pengertian israiliyat yang diungkapkan oleh para ulama Ulumul Quran. Dan
berikut akan penulis paparkan beberapa diantara sekian pengertian tersebut.
Menurut etimologinya, israiliyat berasal dari kata israil yang
merupakan kata nisbah kepada Bani Israil. Israil berasal dari Bahasa Ibrani
yang berarti hamba Allah, dipakai sebagai nama lain Nabi Yaqub. Bani Israil
adalah keturunan Nabi Yaqub yang menurunkan banyak Nabi, diantaranya Nabi Musa
as. dan Nabi Isa as. Israiliyat menurut terminologinya budaya Yahudi yang
bersumber kepada Taurat, Zabur, Asfar Musawiyah dan Talmud termasuk seluruh
keterangannya yang penuh dengan dongeng dan khurafat serta abatil yang mereka
kembangkan dari masa ke masa.[1]
Pendapat lain mengatakan bahwa secara
etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah,
yaitu bentuk kata yang disandarkan pada kata Israil (bahasa Ibrani ; isra
yang berarti Secara Etimologi Israiliyyat, yang dinisbahkan
pada Israil, yang dalam bahasa Ibrani, Isra berarti hamba atau pilihan, dan Il
berarti Ailah Israil Bin Ishaq dan il
yang bermakna Tuhan).[2]
Dalam perspektif historis, israil berkaitan erat dengan Nabi Yaqub bin Ishaq
bin Ibrahim a.s.,[3] di
mana keturunan beliau yang berjumlah dua belas itu disebut Bani Israil.
Sedangkan secara terminologis, israiliyat merupakan sesuatu yang
menyerap kedalam tafsir dan hadis, di mana periwayatannya berkaitan dengan
sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak.[4]
Dan dari sekian pengertian yang telah dipaparkan, dapat
disimpilkan bahwa Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya
dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari
orang-orang Nashara.
B.
Latar Belakang Muncul dan Berkembangnya
Israiliyyat
Sejak tahun 70 M kaum Ahli Kitab yang mayoritas orang
Yahudi telah berimigrasi secara besar-besaran ke jazirah arab untuk menghindari
tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh Nitus, seorang panglima Romawi. Dan
mereka sering mengadakan perjalanan baik ke arah barat maupun ke arah timur.
Sengan demikian, banyak mempengaruhi orang-orang timur dan sebaliknya juga
mempengaruhi orang-orang barat. Sementara itu, Bangsa Arab di zaman Jahiliyah
juga banyak melancong ke negeri lain. Kondisi seperti ini terus berlanjut
hingga Islam lahir dan berkembang di jazirah Arab.
Kondisi dua kebudayaan ini, yaitu
Yahudi dan muslim melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbeda hingga tidak
jarang terjadi dialog antara keduanya. Mereka saling bertukar pikiran ihwal
masalah-masalah keagamaan. Bahkan, Rasulullah sendiri sering dihujani pertanyaan
oleh orang-orang Yahudi, terutama menyangkut keabsahan beliau sebagai Nabi dan
utusan. Akan tetapi, karena keabsahan Nubuwah dan risalah agama Islam
berikut Alquran sebagai petunjuk hidupnya dapat dibuktikan secara konkrit, maka
Rasulullah dapat menarik mereka masuk ke dalam agama Islam.
Pada era
Rasulullah, informasi dari kaum Yahudi yang dikenal sebagai israiliyat tidak
banyak berkembang dalam penafsiran Alquran, sebab hanya beliau satu-satunya
yang menjelaskan berbagai masalah atau pengertian yang berkaitan dengan
ayat-ayat Alquran. Israiliyat sebenarnya sudah muncul dan lama berkembang di
kalangan bangsa Arab jauh sebelum Rasulullah lahir, yang kemudian terus
bertahan pada era Rasulullah. Hanya saja, pada waktu itu israiliyat belum
menjada khazanah dalam penafsiran Alquran.
Permasalahan
yang muncul kemudian adalah bahwa sepeninggal Rasulullah, tidak seorangpun
berhak menjadi penjelas wahyu Allah. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh para
sahabat adalah dengan ekstra hati-hati melakukan ijtihad sendiri, manakala
mereka menjumpai masalah tersebut, seperti kisah-kisah nabi atau umat-umat
terdahulu. Hal ini terjadi mengingat kadang-kadang ada persamaan antara,
Alquran, Taurat, dan Injil. Hanya saja Alquran berbicara secara ringkas dan
padat, sementara Taurat dan Injil berbicara dengan panjang lebar.
Sumber-sumber israiliyat yang terkenal di kalangan Yahudi adalah Abdullah bin
Salam, Ka’ab bin Akhbar, Wahab bin Munabbih, dan Abdul Malik bin Abdul ‘Aziz
bin Juraij.[5]
Sementara di kalangan para sahabat adalah Abu Hurairah, Ibn ‘Abbas, dan
Abdullah bin Amr bin Ash. Mereka ini adalah narasumber kedua.
Pada era sahabat inilah kisah
israiliyat mulai berkembang dan tumbuh subur. Hanya saja, dalam menerima
riwayat dari kalangan Yahudi dan Nasrani pada umumnya mereka amat ketat. Mereka
hanya membatasi pada sekitar kisah-kisah dalam Alquran yang diterangkan secara
global dan Nabi sendiri tidak menerangkan kepada mereka mengenai kisah-kisah
tersebut. Di samping itu, mereka terkenal sebagai orang-orang yang konsisten
dan konsekuen pada ajaran yang diterima dari Rasulullah, sehingga ketika mereka
menjumpai kisah-kisah israiliyat yang bertentangan dengan syariat Islam mereka
langsung menentangnya sebaliknya, apabila kisah-kisah israiliyat itu benar maka
merekapun menerimanya. Dan apabila kisah-kisah itu diperselisihkan
kebenarannya, mereka menangguhkannnya.
C. Macam-macam dan contoh berita Israiliyyat
Secara garis
besar berita Israiliyyat terbagi menjadi tiga yaitu:[6]
1.
Berita yang dikuatkan oleh islam dan
diakui kebenarannya, maka berita itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Contohnya: apa
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan juga perawi yang lainnya dari Ibnu Mas’ud RA
dia berkata: “telah datang seorang pendeta kepada Rasulullah SAW, kemudian dia
berkata: “ ya Muhammad sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah menjadikan
langit dengan satu jari, menjadikan bumi dengan satu jari, menjadikan pohon
dengan satu jari, menjadikan air dan kekayaan dengan satu jarin dan menjadikan
seluruh makhluk dengan satu jari, kemudian Dia berkata: “aku adalah penguasa
(Raja). Maka Rasulullah SAW tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau
membenarkan perkataan pendeta itu”.
2.
Berita yang diingkari oleh islam dan diakui kedustaannya, maka berita itu bathil.
Contohnya: apa
yang diriwayatkan dari Bukhari dari Jabir RA, dia berkata: “Seorang Yahudi
berkata: “Apabila menggauli wanita dari belakangnya, maka akan melahirkan anak
yang juling matanya, berkenaan dengan berita itu maka turunlah ayat:
“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki”. (QS.Al-baqarah: 223)
3.
Berita yang tidak dikuatkan atau
ditetapkan oleh islam dan tidak diingkari, maka wajib tawaqquf (diam)
tentangnya
Berdasarkan apa
yang diriwatkan oleh imam Bukhari dari Abu Hurairah RA, dia berkata: “ahli
kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka menafsirkannya dengan
bahasa arab kepada pemeluk islam, maka Rasulullah SAW bersabda: “janganlah kamu
membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka.” Katakanlah: “kami telah beriman kepada kitab-kitab yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (QS.AL-Ankabut: 46)
Aka tetapi
menceritakan berita israiliyyat dari jenis ini adalah boleh apabila tidak
dikhawatirkan ada bahayanya, berdasarkan sabda Nabi SAW: “sampaikan dariku meskipun satu ayat, dan kabarkanlah dari bani israil
dan jangan merasa berat. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja,maka
disiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR.Bukhari).
D. Sikap Ulama Terhadap Kisah Israiliyyat
Sikap para
ulama,apalagi mufassir,berbeda-beda terhadap kisah-kisah israiliyyat ini
menjadi empat kelompok:[7]
a. Sebagian mereka
adalah orang memperbanyak kisah-kisah
tersebut disertai dengan sanad-sanadnya, dan dia berpendapat bahwa dengan
menyebutkan sanad-sanadnya, maka dia lepas tanggung jawab. Contoh: Ibnu Jarir
Ath-Thabari.
b. Dan sebagian
mereka adalah orang yang memperbanyak kisah-kisah tersebut dengan tanpa
menyertakan sanad-sanadnya, maka dia seperti hatibu lail (pencari kayu bakar di malam hari) seperti: Al-Baghawi,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata
tentang tafsirnya: “sesungguhnya dia Al-Baghawi meringkas dari Ats-Tsa’labi,
akan tetapi dia tetap mempertahankan hadits-hadits maudhu’ dan
pendapat-pendapat yang bid’ah.”
c. Dan sebagian
mereka adalah orang yang berlebih-lebihan dalam menolaknya, dan tidak
mrnyebutkan sedikitpun kisah israiliyyat yang dijadikannya sebagai tafsir bagi
Al-qur’an. Misalnya: Rasyid Ridha.
E. Sebab-sebab Masuknya Israiliyyat
Kedalam Tafsir
Sesungguhnya masuknya Israiliyyat ke dalam
Tafsir tidak lepas dari kebudayaan Masyarakat Arab Jahiliyah. Di
antara penduduk Arab itu terdapat Masyarakat Yahudi yang pertama kali memasuki
Jazirah Arab.[8]
Ibnu
Khaldun mengatakan, masuknya Israiliyat kedalam tafsir disebabkan karena
orang-orang Arab bukanlah ahli dalam bidang sesuatu mengenai pengetahuan.
Apabila merekamempunyai keinginan besar untuk menegetahui sesuatu persoalan
yang sunguh menggelitik jiwamanusia, seperti sebab-sebab tercipanya alam
semesta, permulaan penciptaan dan lainnya merekamenanyakan kepada orang-orang
pandai dari Ahli Kitab. Dari golangan Ahli Kitab itulah merekamemperoleh
informasi ilmu.[9]
F.
Hukum
Meriwayatkan Kisah-kisah Israiliyyat
Umat Islam (para Ulama) berbeda pendapat tentang hukum meriwayatkan
kisah-kisah Israiliyyat.Diantara mereka ada yang melarang secara mutlak untuk
meriwayatkannya. Dalam hal ini mereka mengacu kepada ayat-ayat yang Eksplisit
dan hadist-hadist Shahih. Kelompok ini memberikan catatan terhadap metodologi
Islam dalam Riset, Sians dan Ilmu pengetahuan serta Mengonsiderasi
(mempertimbangkan) atau mengarahkan apa yang dihadapkannya dari hadist-hadist
dan pendapat-pendapat yang meunjukkan bolehnya meriwayatkan Israiliyyat.[10]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Israiliyat
merupakan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bil Ma’tsur (tafsir
berdasarkan hadits dan riwayat). Keberadaannya diselah-selah penafsiran Al-Qur’an dapat menimbulkan perusakan ajaran
islam tanpa disadari oleh umat, khususnya Israiliyat yang merusak aqidah. Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari
orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang
Nashara.Secara garis besar berita Israiliyyat terbagi menjadi tiga yaitu:
1.
Berita yang dikuatkan oleh
islam dan diakui kebenarannya, maka berita itu dianggap sebagai sebuah
kebenaran.
2.
Berita yang diingkari oleh Islam dan diakui kedustaannya, maka
berita itu bathil.
3.
Berita yang tidak dikuatkan
atau ditetapkan oleh Islam dan
tidak diingkari, maka wajib tawaqquf (diam) tentangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qattan,
Manna’ Khalil.2009. Studi Ilmu-ilmu Alquran. Bogor:
Pustaka
Litera Antar Nusa.
Al Shiddieqy,
Hasbi.1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran. Jakarta:
PT
Bulan Bintang.
Al-Utsaimin,2004,Muhammad bin Shalih. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta:
DarusSunnah Press.
Hamid,
Shalahuddin.2002. Study Ulumul Quran. Jakarta:
Intermedia.
Husain, Muhammad Al-Dzahabi.al-Israiliyat
Fi al-Tafsir Wa al-Hadits
Khalil, Ahmad.1961. Manahij al-Tajdid,Kairo: Dar
al-Ma’rifah.
Ma’luf, Loves.1998. Al-Munjid Fi Al-A’lam.Beirut: Dar
al-Masyriq.
Shalah, A.Fattah Al-kaudy, 1999. Kisah-kisah
Al-Qur’an pelajaran dari
orang-orang dahulu. Jakarta : Gema Insani Press.
Sukardi. 2002.Belajar Mudah Ulumul Quran. Jakarta: Lentera.
Thaha,Ahmad.2006.Mukaddimah Ibnu
Khaldun.Jakarta: Pustaka Firdaus
[1]
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul
Quran (Jakarta: Intermedia, 2002), h. 350.
[4] Sukardi, Belajar
Mudah Ulumul Quran (Jakarta: Lentera, 2002), h. 277.
[5]
Manna’ Khalil al Qattan, Studi Ilmu-ilmu
Qur’an (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), h. 493.
[6] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Darus Sunnah Press,2004), h. 115.
[7] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Darus Sunnah Press,2004), h. 115.
[8]
Ahmad Khalil,Manahij al-Tajdid,(Kairo: Dar al-Ma’rifah. 1961) h.277
[9]
Ahmadi Thaha,Mukaddimah Ibnu Khaldun,(Jakarta: Pustaka Firdaus.2006)
h.551
[10] A.Fattah Shalah Al-kaudy, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an
pelajaran dari orang-orang dahulu. Jakarta : Gema Insani Press. Hal:51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar