Senin, 10 Desember 2012

Israiliyyat



PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Israiliyat merupakan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bil Ma’tsur (tafsir berdasarkan hadits dan riwayat). Keberadaannya diselah-selah penafsiran Al-Qur’an dapat menimbulkan perusakan ajaran islam tanpa disadari oleh umat, khususnya isarailiyat yang merusak aqidah.
Israiliyat sebenarnya kisah yang bersumber dari literatur ahli kitab, yang kebanyakan bersumber dari orang-orang yahudi, atau orang islam yang dulunya memeluk ajaran tersebut.Beberapa shahabat yang beragama tersebut adalah Ka’b al-Akhbar, Wahb bin Munabbihdan lain-lain.Sebenarnya para shahabat yang masuk Islam itu tidak menyampaikan cerita bohong.Sebab selama mereka memeluk agama itu, kisah-kisah itulah yang mereka punya.


B.   Rumusan Masalah
a.    Pengertian Israiliyyat
b.    Latar belakang muncul dan berkembangnya Israiliyyat
c.    Macam-macam berita Israiliyyat dan contohnya
d.   Sikap ulama terhadap kisah Israiliyyat
e.    Sebab-sebab Masuknya Israiliyyat
f.    Hukum Meriwayatkan Kisah Israiliyyat

C.  Tujuan Makalah

Tujuan penulisan ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang mengenai “kisah-kisah Israiliyyat”. Agar para pembaca dapat memahami apa itu kisah-kisah Israiliyyat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Karena pada zaman sekarang ini banyak sekali kisah-kisah yang datang dari kalangan Yahudi yang dapat merusak aqidah umat islam.



PEMBAHASAN


A.  Pengertian Israiliyyat

Tentunya banyak pengertian israiliyat yang diungkapkan oleh para ulama Ulumul Quran. Dan berikut akan penulis paparkan beberapa diantara sekian pengertian tersebut. Menurut etimologinya, israiliyat berasal dari kata israil yang merupakan kata nisbah kepada Bani Israil. Israil berasal dari Bahasa Ibrani yang berarti hamba Allah, dipakai sebagai nama lain Nabi Yaqub. Bani Israil adalah keturunan Nabi Yaqub yang menurunkan banyak Nabi, diantaranya Nabi Musa as. dan Nabi Isa as. Israiliyat menurut terminologinya budaya Yahudi yang bersumber kepada Taurat, Zabur, Asfar Musawiyah dan Talmud termasuk seluruh keterangannya yang penuh dengan dongeng dan khurafat serta abatil yang mereka kembangkan dari masa ke masa.[1]
    Pendapat lain mengatakan bahwa secara etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah, yaitu bentuk kata yang disandarkan pada kata Israil (bahasa Ibrani ; isra yang berarti Secara Etimologi Israiliyyat, yang dinisbahkan pada Israil, yang dalam bahasa Ibrani, Isra berarti hamba atau pilihan, dan Il berarti Ailah Israil Bin Ishaq dan il yang bermakna Tuhan).[2] Dalam perspektif historis, israil berkaitan erat dengan Nabi Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim a.s.,[3] di mana keturunan beliau yang berjumlah dua belas itu disebut Bani Israil.  Sedangkan secara terminologis, israiliyat merupakan sesuatu yang menyerap kedalam tafsir dan hadis, di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak.[4]
Dan dari sekian pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpilkan bahwa Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang Nashara.

B.   Latar Belakang Muncul dan Berkembangnya Israiliyyat

Sejak tahun 70 M kaum Ahli Kitab yang mayoritas orang Yahudi telah berimigrasi secara besar-besaran ke jazirah arab untuk menghindari tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh Nitus, seorang panglima Romawi. Dan mereka sering mengadakan perjalanan baik ke arah barat maupun ke arah timur. Sengan demikian, banyak mempengaruhi orang-orang timur dan sebaliknya juga mempengaruhi orang-orang barat. Sementara itu, Bangsa Arab di zaman Jahiliyah juga banyak melancong ke negeri lain. Kondisi seperti ini terus berlanjut hingga Islam lahir dan berkembang di jazirah Arab.
 Kondisi dua kebudayaan ini, yaitu Yahudi dan muslim melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbeda hingga tidak jarang terjadi dialog antara keduanya. Mereka saling bertukar pikiran ihwal masalah-masalah keagamaan. Bahkan, Rasulullah sendiri sering dihujani pertanyaan oleh orang-orang Yahudi, terutama menyangkut keabsahan beliau sebagai Nabi dan utusan. Akan tetapi, karena keabsahan Nubuwah dan risalah agama Islam berikut Alquran sebagai petunjuk hidupnya dapat dibuktikan secara konkrit, maka Rasulullah dapat menarik mereka masuk ke dalam agama Islam.
 Pada era Rasulullah, informasi dari kaum Yahudi yang dikenal sebagai israiliyat tidak banyak berkembang dalam penafsiran Alquran, sebab hanya beliau satu-satunya yang menjelaskan berbagai masalah atau pengertian yang berkaitan dengan ayat-ayat Alquran. Israiliyat sebenarnya sudah muncul dan lama berkembang di kalangan bangsa Arab jauh sebelum Rasulullah lahir, yang kemudian terus bertahan pada era Rasulullah. Hanya saja, pada waktu itu israiliyat belum menjada khazanah dalam penafsiran Alquran.   
Permasalahan yang muncul kemudian adalah bahwa sepeninggal Rasulullah, tidak seorangpun berhak menjadi penjelas wahyu Allah. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh para sahabat adalah dengan ekstra hati-hati melakukan ijtihad sendiri, manakala mereka menjumpai masalah tersebut, seperti kisah-kisah nabi atau umat-umat terdahulu. Hal ini terjadi mengingat kadang-kadang ada persamaan antara, Alquran, Taurat, dan Injil. Hanya saja Alquran berbicara secara ringkas dan padat, sementara Taurat dan Injil  berbicara dengan panjang lebar. Sumber-sumber israiliyat yang terkenal di kalangan Yahudi adalah Abdullah bin Salam, Ka’ab bin Akhbar, Wahab bin Munabbih, dan Abdul Malik bin Abdul ‘Aziz bin Juraij.[5] Sementara di kalangan para sahabat adalah Abu Hurairah, Ibn ‘Abbas, dan Abdullah bin Amr bin Ash. Mereka ini adalah narasumber kedua.
Pada era sahabat inilah kisah israiliyat mulai berkembang dan tumbuh subur. Hanya saja, dalam menerima riwayat dari kalangan Yahudi dan Nasrani pada umumnya mereka amat ketat. Mereka hanya membatasi pada sekitar kisah-kisah dalam Alquran yang diterangkan secara global dan Nabi sendiri tidak menerangkan kepada mereka mengenai kisah-kisah tersebut. Di samping itu, mereka terkenal sebagai orang-orang yang konsisten dan konsekuen pada ajaran yang diterima dari Rasulullah, sehingga ketika mereka menjumpai kisah-kisah israiliyat yang bertentangan dengan syariat Islam mereka langsung menentangnya sebaliknya, apabila kisah-kisah israiliyat itu benar maka merekapun menerimanya. Dan apabila kisah-kisah itu diperselisihkan kebenarannya, mereka menangguhkannnya.


C.  Macam-macam dan contoh berita Israiliyyat
Secara garis besar berita Israiliyyat terbagi menjadi tiga yaitu:[6]
1.    Berita yang dikuatkan oleh islam dan diakui kebenarannya, maka berita itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Contohnya: apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan juga perawi yang lainnya dari Ibnu Mas’ud RA dia berkata: “telah datang seorang pendeta kepada Rasulullah SAW, kemudian dia berkata: “ ya Muhammad sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah menjadikan langit dengan satu jari, menjadikan bumi dengan satu jari, menjadikan pohon dengan satu jari, menjadikan air dan kekayaan dengan satu jarin dan menjadikan seluruh makhluk dengan satu jari, kemudian Dia berkata: “aku adalah penguasa (Raja). Maka Rasulullah SAW tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau membenarkan perkataan pendeta itu”.

2.    Berita  yang diingkari oleh islam dan diakui  kedustaannya, maka berita itu bathil.

Contohnya: apa yang diriwayatkan dari Bukhari dari Jabir RA, dia berkata: “Seorang Yahudi berkata: “Apabila menggauli wanita dari belakangnya, maka akan melahirkan anak yang juling matanya, berkenaan dengan berita itu maka turunlah ayat:
“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. (QS.Al-baqarah: 223)                                                                             

3.    Berita yang tidak dikuatkan atau ditetapkan oleh islam dan tidak diingkari, maka wajib tawaqquf (diam) tentangnya
Berdasarkan apa yang diriwatkan oleh imam Bukhari dari Abu Hurairah RA, dia berkata: “ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka menafsirkannya dengan bahasa arab kepada pemeluk islam, maka Rasulullah SAW bersabda: “janganlah kamu membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka.” Katakanlah: “kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (QS.AL-Ankabut: 46)
Aka tetapi menceritakan berita israiliyyat dari jenis ini adalah boleh apabila tidak dikhawatirkan ada bahayanya, berdasarkan sabda Nabi SAW: “sampaikan dariku meskipun satu ayat, dan kabarkanlah dari bani israil dan jangan merasa berat. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja,maka disiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR.Bukhari).


D.  Sikap Ulama Terhadap Kisah Israiliyyat
Sikap para ulama,apalagi mufassir,berbeda-beda terhadap kisah-kisah israiliyyat ini menjadi empat kelompok:[7]
a.    Sebagian mereka adalah orang  memperbanyak kisah-kisah tersebut disertai dengan sanad-sanadnya, dan dia berpendapat bahwa dengan menyebutkan sanad-sanadnya, maka dia lepas tanggung jawab. Contoh: Ibnu Jarir Ath-Thabari.
b.    Dan sebagian mereka adalah orang yang memperbanyak kisah-kisah tersebut dengan tanpa menyertakan sanad-sanadnya, maka dia seperti hatibu lail (pencari kayu bakar di malam hari) seperti: Al-Baghawi, Syaikhul Islam  Ibnu Taimiyah berkata tentang tafsirnya: “sesungguhnya dia Al-Baghawi meringkas dari Ats-Tsa’labi, akan tetapi dia tetap mempertahankan hadits-hadits maudhu’ dan pendapat-pendapat yang bid’ah.”
c.    Dan sebagian mereka adalah orang yang berlebih-lebihan dalam menolaknya, dan tidak mrnyebutkan sedikitpun kisah israiliyyat yang dijadikannya sebagai tafsir bagi Al-qur’an. Misalnya: Rasyid Ridha.

E.   Sebab-sebab Masuknya Israiliyyat Kedalam Tafsir
    Sesungguhnya masuknya Israiliyyat ke dalam Tafsir tidak lepas dari kebudayaan Masyarakat Arab Jahiliyah. Di antara penduduk Arab itu terdapat Masyarakat Yahudi yang pertama kali memasuki Jazirah Arab.[8]
Ibnu Khaldun mengatakan, masuknya Israiliyat kedalam tafsir disebabkan karena orang-orang Arab bukanlah ahli dalam bidang sesuatu mengenai pengetahuan. Apabila merekamempunyai keinginan besar untuk menegetahui sesuatu persoalan yang sunguh menggelitik jiwamanusia, seperti sebab-sebab tercipanya alam semesta, permulaan penciptaan dan lainnya merekamenanyakan kepada orang-orang pandai dari Ahli Kitab. Dari golangan Ahli Kitab itulah merekamemperoleh informasi ilmu.[9]




F.   Hukum Meriwayatkan Kisah-kisah Israiliyyat

Umat Islam (para Ulama) berbeda pendapat tentang hukum meriwayatkan kisah-kisah Israiliyyat.Diantara mereka ada yang melarang secara mutlak untuk meriwayatkannya. Dalam hal ini mereka mengacu kepada ayat-ayat yang Eksplisit dan hadist-hadist Shahih. Kelompok ini memberikan catatan terhadap metodologi Islam dalam Riset, Sians dan Ilmu pengetahuan serta Mengonsiderasi (mempertimbangkan) atau mengarahkan apa yang dihadapkannya dari hadist-hadist dan pendapat-pendapat yang meunjukkan bolehnya meriwayatkan Israiliyyat.[10]









PENUTUP


A.  Kesimpulan
           Israiliyat merupakan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bil Ma’tsur (tafsir berdasarkan hadits dan riwayat). Keberadaannya diselah-selah penafsiran Al-Qur’an dapat menimbulkan perusakan ajaran islam tanpa disadari oleh umat, khususnya Israiliyat yang merusak aqidah. Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang Nashara.Secara garis besar berita Israiliyyat terbagi menjadi tiga yaitu:
1.    Berita yang dikuatkan oleh islam dan diakui kebenarannya, maka berita itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.
2.    Berita  yang diingkari oleh Islam dan diakui  kedustaannya, maka berita itu bathil.
3.    Berita yang tidak dikuatkan atau ditetapkan oleh Islam dan tidak diingkari, maka wajib tawaqquf (diam) tentangnya.





DAFTAR PUSTAKA

Al Qattan, Manna’ Khalil.2009. Studi Ilmu-ilmu Alquran. Bogor: Pustaka
          Litera Antar Nusa.              
Al Shiddieqy, Hasbi.1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran. Jakarta: PT
          Bulan Bintang.
Al-Utsaimin,2004,Muhammad bin Shalih. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta:
          DarusSunnah Press.
Hamid, Shalahuddin.2002. Study Ulumul Quran. Jakarta: Intermedia.
Husain, Muhammad Al-Dzahabi.al-Israiliyat Fi al-Tafsir Wa al-Hadits
Khalil, Ahmad.1961. Manahij al-Tajdid,Kairo: Dar al-Ma’rifah.
Ma’luf, Loves.1998. Al-Munjid Fi Al-A’lam.Beirut: Dar al-Masyriq.
Shalah, A.Fattah Al-kaudy, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari
          orang-orang dahulu. Jakarta : Gema Insani Press.
Sukardi. 2002.Belajar Mudah Ulumul Quran. Jakarta: Lentera.
Thaha,Ahmad.2006.Mukaddimah Ibnu Khaldun.Jakarta: Pustaka Firdaus



[1] Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Quran (Jakarta: Intermedia, 2002), h. 350.
  
[2] Loves Ma’luf, Al-munjid Fi Al-A’lam (Beirut: Dar Al-Masyriq, 1998).h.44
[3] Muhammad Husain Al-Dzahabi, Al-israiliyat Fi Al-Tafsir Wa Al-Hadist. H. 13

[4] Sukardi, Belajar Mudah Ulumul Quran (Jakarta: Lentera, 2002), h. 277.
[5] Manna’ Khalil al Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), h. 493.

[6] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Darus Sunnah Press,2004), h. 115.
[7] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Darus Sunnah Press,2004), h. 115.

[8] Ahmad Khalil,Manahij al-Tajdid,(Kairo: Dar al-Ma’rifah. 1961) h.277
[9] Ahmadi Thaha,Mukaddimah Ibnu Khaldun,(Jakarta: Pustaka Firdaus.2006) h.551
[10] A.Fattah Shalah Al-kaudy, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari orang-orang dahulu. Jakarta : Gema Insani Press. Hal:51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar