Senin, 10 Desember 2012

Israiliyyat



PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Israiliyat merupakan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bil Ma’tsur (tafsir berdasarkan hadits dan riwayat). Keberadaannya diselah-selah penafsiran Al-Qur’an dapat menimbulkan perusakan ajaran islam tanpa disadari oleh umat, khususnya isarailiyat yang merusak aqidah.
Israiliyat sebenarnya kisah yang bersumber dari literatur ahli kitab, yang kebanyakan bersumber dari orang-orang yahudi, atau orang islam yang dulunya memeluk ajaran tersebut.Beberapa shahabat yang beragama tersebut adalah Ka’b al-Akhbar, Wahb bin Munabbihdan lain-lain.Sebenarnya para shahabat yang masuk Islam itu tidak menyampaikan cerita bohong.Sebab selama mereka memeluk agama itu, kisah-kisah itulah yang mereka punya.


B.   Rumusan Masalah
a.    Pengertian Israiliyyat
b.    Latar belakang muncul dan berkembangnya Israiliyyat
c.    Macam-macam berita Israiliyyat dan contohnya
d.   Sikap ulama terhadap kisah Israiliyyat
e.    Sebab-sebab Masuknya Israiliyyat
f.    Hukum Meriwayatkan Kisah Israiliyyat

C.  Tujuan Makalah

Tujuan penulisan ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang mengenai “kisah-kisah Israiliyyat”. Agar para pembaca dapat memahami apa itu kisah-kisah Israiliyyat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Karena pada zaman sekarang ini banyak sekali kisah-kisah yang datang dari kalangan Yahudi yang dapat merusak aqidah umat islam.



PEMBAHASAN


A.  Pengertian Israiliyyat

Tentunya banyak pengertian israiliyat yang diungkapkan oleh para ulama Ulumul Quran. Dan berikut akan penulis paparkan beberapa diantara sekian pengertian tersebut. Menurut etimologinya, israiliyat berasal dari kata israil yang merupakan kata nisbah kepada Bani Israil. Israil berasal dari Bahasa Ibrani yang berarti hamba Allah, dipakai sebagai nama lain Nabi Yaqub. Bani Israil adalah keturunan Nabi Yaqub yang menurunkan banyak Nabi, diantaranya Nabi Musa as. dan Nabi Isa as. Israiliyat menurut terminologinya budaya Yahudi yang bersumber kepada Taurat, Zabur, Asfar Musawiyah dan Talmud termasuk seluruh keterangannya yang penuh dengan dongeng dan khurafat serta abatil yang mereka kembangkan dari masa ke masa.[1]
    Pendapat lain mengatakan bahwa secara etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah, yaitu bentuk kata yang disandarkan pada kata Israil (bahasa Ibrani ; isra yang berarti Secara Etimologi Israiliyyat, yang dinisbahkan pada Israil, yang dalam bahasa Ibrani, Isra berarti hamba atau pilihan, dan Il berarti Ailah Israil Bin Ishaq dan il yang bermakna Tuhan).[2] Dalam perspektif historis, israil berkaitan erat dengan Nabi Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim a.s.,[3] di mana keturunan beliau yang berjumlah dua belas itu disebut Bani Israil.  Sedangkan secara terminologis, israiliyat merupakan sesuatu yang menyerap kedalam tafsir dan hadis, di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak.[4]
Dan dari sekian pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpilkan bahwa Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang Nashara.

B.   Latar Belakang Muncul dan Berkembangnya Israiliyyat

Sejak tahun 70 M kaum Ahli Kitab yang mayoritas orang Yahudi telah berimigrasi secara besar-besaran ke jazirah arab untuk menghindari tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh Nitus, seorang panglima Romawi. Dan mereka sering mengadakan perjalanan baik ke arah barat maupun ke arah timur. Sengan demikian, banyak mempengaruhi orang-orang timur dan sebaliknya juga mempengaruhi orang-orang barat. Sementara itu, Bangsa Arab di zaman Jahiliyah juga banyak melancong ke negeri lain. Kondisi seperti ini terus berlanjut hingga Islam lahir dan berkembang di jazirah Arab.
 Kondisi dua kebudayaan ini, yaitu Yahudi dan muslim melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbeda hingga tidak jarang terjadi dialog antara keduanya. Mereka saling bertukar pikiran ihwal masalah-masalah keagamaan. Bahkan, Rasulullah sendiri sering dihujani pertanyaan oleh orang-orang Yahudi, terutama menyangkut keabsahan beliau sebagai Nabi dan utusan. Akan tetapi, karena keabsahan Nubuwah dan risalah agama Islam berikut Alquran sebagai petunjuk hidupnya dapat dibuktikan secara konkrit, maka Rasulullah dapat menarik mereka masuk ke dalam agama Islam.
 Pada era Rasulullah, informasi dari kaum Yahudi yang dikenal sebagai israiliyat tidak banyak berkembang dalam penafsiran Alquran, sebab hanya beliau satu-satunya yang menjelaskan berbagai masalah atau pengertian yang berkaitan dengan ayat-ayat Alquran. Israiliyat sebenarnya sudah muncul dan lama berkembang di kalangan bangsa Arab jauh sebelum Rasulullah lahir, yang kemudian terus bertahan pada era Rasulullah. Hanya saja, pada waktu itu israiliyat belum menjada khazanah dalam penafsiran Alquran.   
Permasalahan yang muncul kemudian adalah bahwa sepeninggal Rasulullah, tidak seorangpun berhak menjadi penjelas wahyu Allah. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh para sahabat adalah dengan ekstra hati-hati melakukan ijtihad sendiri, manakala mereka menjumpai masalah tersebut, seperti kisah-kisah nabi atau umat-umat terdahulu. Hal ini terjadi mengingat kadang-kadang ada persamaan antara, Alquran, Taurat, dan Injil. Hanya saja Alquran berbicara secara ringkas dan padat, sementara Taurat dan Injil  berbicara dengan panjang lebar. Sumber-sumber israiliyat yang terkenal di kalangan Yahudi adalah Abdullah bin Salam, Ka’ab bin Akhbar, Wahab bin Munabbih, dan Abdul Malik bin Abdul ‘Aziz bin Juraij.[5] Sementara di kalangan para sahabat adalah Abu Hurairah, Ibn ‘Abbas, dan Abdullah bin Amr bin Ash. Mereka ini adalah narasumber kedua.
Pada era sahabat inilah kisah israiliyat mulai berkembang dan tumbuh subur. Hanya saja, dalam menerima riwayat dari kalangan Yahudi dan Nasrani pada umumnya mereka amat ketat. Mereka hanya membatasi pada sekitar kisah-kisah dalam Alquran yang diterangkan secara global dan Nabi sendiri tidak menerangkan kepada mereka mengenai kisah-kisah tersebut. Di samping itu, mereka terkenal sebagai orang-orang yang konsisten dan konsekuen pada ajaran yang diterima dari Rasulullah, sehingga ketika mereka menjumpai kisah-kisah israiliyat yang bertentangan dengan syariat Islam mereka langsung menentangnya sebaliknya, apabila kisah-kisah israiliyat itu benar maka merekapun menerimanya. Dan apabila kisah-kisah itu diperselisihkan kebenarannya, mereka menangguhkannnya.


C.  Macam-macam dan contoh berita Israiliyyat
Secara garis besar berita Israiliyyat terbagi menjadi tiga yaitu:[6]
1.    Berita yang dikuatkan oleh islam dan diakui kebenarannya, maka berita itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Contohnya: apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan juga perawi yang lainnya dari Ibnu Mas’ud RA dia berkata: “telah datang seorang pendeta kepada Rasulullah SAW, kemudian dia berkata: “ ya Muhammad sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah menjadikan langit dengan satu jari, menjadikan bumi dengan satu jari, menjadikan pohon dengan satu jari, menjadikan air dan kekayaan dengan satu jarin dan menjadikan seluruh makhluk dengan satu jari, kemudian Dia berkata: “aku adalah penguasa (Raja). Maka Rasulullah SAW tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau membenarkan perkataan pendeta itu”.

2.    Berita  yang diingkari oleh islam dan diakui  kedustaannya, maka berita itu bathil.

Contohnya: apa yang diriwayatkan dari Bukhari dari Jabir RA, dia berkata: “Seorang Yahudi berkata: “Apabila menggauli wanita dari belakangnya, maka akan melahirkan anak yang juling matanya, berkenaan dengan berita itu maka turunlah ayat:
“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. (QS.Al-baqarah: 223)                                                                             

3.    Berita yang tidak dikuatkan atau ditetapkan oleh islam dan tidak diingkari, maka wajib tawaqquf (diam) tentangnya
Berdasarkan apa yang diriwatkan oleh imam Bukhari dari Abu Hurairah RA, dia berkata: “ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka menafsirkannya dengan bahasa arab kepada pemeluk islam, maka Rasulullah SAW bersabda: “janganlah kamu membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka.” Katakanlah: “kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (QS.AL-Ankabut: 46)
Aka tetapi menceritakan berita israiliyyat dari jenis ini adalah boleh apabila tidak dikhawatirkan ada bahayanya, berdasarkan sabda Nabi SAW: “sampaikan dariku meskipun satu ayat, dan kabarkanlah dari bani israil dan jangan merasa berat. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja,maka disiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR.Bukhari).


D.  Sikap Ulama Terhadap Kisah Israiliyyat
Sikap para ulama,apalagi mufassir,berbeda-beda terhadap kisah-kisah israiliyyat ini menjadi empat kelompok:[7]
a.    Sebagian mereka adalah orang  memperbanyak kisah-kisah tersebut disertai dengan sanad-sanadnya, dan dia berpendapat bahwa dengan menyebutkan sanad-sanadnya, maka dia lepas tanggung jawab. Contoh: Ibnu Jarir Ath-Thabari.
b.    Dan sebagian mereka adalah orang yang memperbanyak kisah-kisah tersebut dengan tanpa menyertakan sanad-sanadnya, maka dia seperti hatibu lail (pencari kayu bakar di malam hari) seperti: Al-Baghawi, Syaikhul Islam  Ibnu Taimiyah berkata tentang tafsirnya: “sesungguhnya dia Al-Baghawi meringkas dari Ats-Tsa’labi, akan tetapi dia tetap mempertahankan hadits-hadits maudhu’ dan pendapat-pendapat yang bid’ah.”
c.    Dan sebagian mereka adalah orang yang berlebih-lebihan dalam menolaknya, dan tidak mrnyebutkan sedikitpun kisah israiliyyat yang dijadikannya sebagai tafsir bagi Al-qur’an. Misalnya: Rasyid Ridha.

E.   Sebab-sebab Masuknya Israiliyyat Kedalam Tafsir
    Sesungguhnya masuknya Israiliyyat ke dalam Tafsir tidak lepas dari kebudayaan Masyarakat Arab Jahiliyah. Di antara penduduk Arab itu terdapat Masyarakat Yahudi yang pertama kali memasuki Jazirah Arab.[8]
Ibnu Khaldun mengatakan, masuknya Israiliyat kedalam tafsir disebabkan karena orang-orang Arab bukanlah ahli dalam bidang sesuatu mengenai pengetahuan. Apabila merekamempunyai keinginan besar untuk menegetahui sesuatu persoalan yang sunguh menggelitik jiwamanusia, seperti sebab-sebab tercipanya alam semesta, permulaan penciptaan dan lainnya merekamenanyakan kepada orang-orang pandai dari Ahli Kitab. Dari golangan Ahli Kitab itulah merekamemperoleh informasi ilmu.[9]




F.   Hukum Meriwayatkan Kisah-kisah Israiliyyat

Umat Islam (para Ulama) berbeda pendapat tentang hukum meriwayatkan kisah-kisah Israiliyyat.Diantara mereka ada yang melarang secara mutlak untuk meriwayatkannya. Dalam hal ini mereka mengacu kepada ayat-ayat yang Eksplisit dan hadist-hadist Shahih. Kelompok ini memberikan catatan terhadap metodologi Islam dalam Riset, Sians dan Ilmu pengetahuan serta Mengonsiderasi (mempertimbangkan) atau mengarahkan apa yang dihadapkannya dari hadist-hadist dan pendapat-pendapat yang meunjukkan bolehnya meriwayatkan Israiliyyat.[10]









PENUTUP


A.  Kesimpulan
           Israiliyat merupakan isu yang berkaitan erat dengan Tafsir bil Ma’tsur (tafsir berdasarkan hadits dan riwayat). Keberadaannya diselah-selah penafsiran Al-Qur’an dapat menimbulkan perusakan ajaran islam tanpa disadari oleh umat, khususnya Israiliyat yang merusak aqidah. Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang Nashara.Secara garis besar berita Israiliyyat terbagi menjadi tiga yaitu:
1.    Berita yang dikuatkan oleh islam dan diakui kebenarannya, maka berita itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.
2.    Berita  yang diingkari oleh Islam dan diakui  kedustaannya, maka berita itu bathil.
3.    Berita yang tidak dikuatkan atau ditetapkan oleh Islam dan tidak diingkari, maka wajib tawaqquf (diam) tentangnya.





DAFTAR PUSTAKA

Al Qattan, Manna’ Khalil.2009. Studi Ilmu-ilmu Alquran. Bogor: Pustaka
          Litera Antar Nusa.              
Al Shiddieqy, Hasbi.1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran. Jakarta: PT
          Bulan Bintang.
Al-Utsaimin,2004,Muhammad bin Shalih. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta:
          DarusSunnah Press.
Hamid, Shalahuddin.2002. Study Ulumul Quran. Jakarta: Intermedia.
Husain, Muhammad Al-Dzahabi.al-Israiliyat Fi al-Tafsir Wa al-Hadits
Khalil, Ahmad.1961. Manahij al-Tajdid,Kairo: Dar al-Ma’rifah.
Ma’luf, Loves.1998. Al-Munjid Fi Al-A’lam.Beirut: Dar al-Masyriq.
Shalah, A.Fattah Al-kaudy, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari
          orang-orang dahulu. Jakarta : Gema Insani Press.
Sukardi. 2002.Belajar Mudah Ulumul Quran. Jakarta: Lentera.
Thaha,Ahmad.2006.Mukaddimah Ibnu Khaldun.Jakarta: Pustaka Firdaus



[1] Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Quran (Jakarta: Intermedia, 2002), h. 350.
  
[2] Loves Ma’luf, Al-munjid Fi Al-A’lam (Beirut: Dar Al-Masyriq, 1998).h.44
[3] Muhammad Husain Al-Dzahabi, Al-israiliyat Fi Al-Tafsir Wa Al-Hadist. H. 13

[4] Sukardi, Belajar Mudah Ulumul Quran (Jakarta: Lentera, 2002), h. 277.
[5] Manna’ Khalil al Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), h. 493.

[6] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Darus Sunnah Press,2004), h. 115.
[7] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Darus Sunnah Press,2004), h. 115.

[8] Ahmad Khalil,Manahij al-Tajdid,(Kairo: Dar al-Ma’rifah. 1961) h.277
[9] Ahmadi Thaha,Mukaddimah Ibnu Khaldun,(Jakarta: Pustaka Firdaus.2006) h.551
[10] A.Fattah Shalah Al-kaudy, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari orang-orang dahulu. Jakarta : Gema Insani Press. Hal:51

Keterampilan Berbahasa



BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Kurangnya minat baca dikalangan pelajar,dan kurangnya pemahaman terhadap masalah menyimak,menulis dan berbicara.
B.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, akan membahas masalah yang berkaitan dengan pemahaman terhadap keterampilan berbahasa.

C.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah memberikan penjelasan mengenai bagamaimana caranya agar kita semua dapat mempelajari tentang keterampilan berbahasa. Disamping itu juga guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      KETERAMPILAN MEMBACA
A.    Pengertian Membaca
Proses membaca menurut Burn, Roe dan Ross merupakan proses penerimaan  simbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikan simbol, atau kata dilihat atau mempersepsikan, mengikuti logika dan pola tatabahasa dari kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang mereka pelajari dimasa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca.

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Banyak faktor  yang mempengaruhi terhadap kemampuam membaca. Umumnya, kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor-faktor itu antara lain:
a.      Tingkat intelejensia
Membaca itu sendiri pada hakekatnya proses berfikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.

1
b.      Kemampuan berbahasa
Apabila seseorang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami teks bacaan tersebut. Penyebabnya tidak lain karena keterbatasan kosa kata yang dimilikinya.
c.       Sikap dan minat
Sikap biasanya ditunjukan oleh rasa senang dan tidak senang. Sikap umumnya bersifat laten atau lama. Sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Minat lebih bersifat sesaat.
d.      Keadaan bacaan
Tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya juga bisa mempengaruhi proses membaca.

C.    Solusi Membaca
Dalam proses membaca ada beberapa solusi, antara lain:
Ø  Memahamikosa kata yang adapadabacaan
Ø  Memilihtempat yang nyamanuntukmembaca
Ø  Mata tidakterlaludekatdenganbuku
Ø  Fokuskanfikiranpadabacaan













2

     2.   KETERAMPILAN MENYIMAK
A.    PENGERTIAN MENYIMAK

Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18)
Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Djago Tarigan; 1991: 4).
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. (Tarigan: 1983)

Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994:27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. (Sabarti –at all: 1992).



B. TUJUAN MENYIMAK

Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta
2. Untuk menganalisis fakta
3. Untuk mengevaluasi fakta
4. Untuk mendapatkan inspirasi
5. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri

3

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK

Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan.
Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen/faktor-fantor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut.
1. Membedakan antar bunyi fonemis.
2. Mengingat kembali kata-kata.
3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
4. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.
5. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.
6. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.

Selanjutnya, menurut pendapat Michael (1991:108) faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak asal mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan materi ini di antaranya: (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran kompetensi siswa, (3) metode pembelajaran, dan (4) faktor keberhasilan menyimak (Budiman, 2008:2).

Selain itu, masih ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, di antaranya:
1. Unsur Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
2. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan jenuh belajar dan pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan.




4

3. Unsur Penyimak / Siswa
a. Kondisi siswa dalam keadaan baik
b. Siswa harus berkonsentrasi
c. Adanya minat siswa dalam menyimak
d. Penyimak harus berpengalaman luas

4. Unsur Situasi
a. Waktu penyimakan
b. Saran unsur pendukung
c. Suasana lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi tersebut memberikan kenyataan bahwa siswa dapat menyimak bahan dengan baik atau tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik).



G. TEKNIK MENYIMAK YANG EFEKTIF

Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi , (2) menelaah materi simaka, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan.  Berikut ini adalah masing-masing hal itu.

1. Menyimak dengan Berkonsentrasi
Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar. Beberapa faktor luar yang dimaksudkan di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Orang yang Datang Terlambat
Pada prinsipnya orang yang datang terlambat ke tempat ceramah akan mengganggu penyimak yang sedang berkonsentrasi terhadap bahan simakan.
b. Keanehan-keanehan yang Terjadi di antara Pembicara dan Penyimak
Jika terjadi ketidakselarasan antara pembicara dan penyimak, akan terjadi gangguan pada diri penyimak.



5

c. Metode Pembicara yang Tidak Tepat dalam Situasi Komunikasi
Metode yang tidak tepat, akan berakibat gagalnya alur komunikasi pembicara dan penyimak.


d. Pakaian Pembicara
Pembicara yang memakai pakaian yang berlebihan akan mengganggu konsentrasi penyimak.
e. Pembicara yang tidak menarik





2. Menelaah Materi Simakan
Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal berikut ini: (a) mencari arah dan tujuan pembicaraan, (b) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, (c) menemukan tema sentral (pokok pembicaraan), (d) mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi simakan. (e) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara.

3. Menyimak dengan Kritis
Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. Pada dasarnya penyimak kritis memiliki ciri-ciri: (a) dapat menghubungkan yang dikaitakan pembicara dengan pengetahuan dan pengalamannya, (b) dapat menyusun bahan yang telah disimak dengan baik (reproduksi), (c) dapat menguraikan (menelaskan) apa saja yang telah disampaikan pembicara. dan (d) dapat melakukan evaluasi terhadap bahan yang telah disimak.

4. Membuat Catatan

Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah:
a.catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal.
b. bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas.


6
c. catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan,
d. catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang,
e. catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka saris bestir, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan.

3. KETERAMPILAN MENULIS
 A. PengertianMenulis

Menurut Angelo Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu tugas terpenting sang penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu.

B.     KendalaDalamMenulis
a.       Kurangnyawawasan
b.      Kurangyaminatbaca
c.       Tidakpernahmencobauntukmulaimembuattulisan ( puisi,artikelcerpendll)
d.      Tidakadamotivasiuntukmenulis
e.       Merasatidakpercayadiriketikahendakmenulis

C.    Solusimenulis yang baikdanbenar
a.       Perbanyakmembacabuku
b.      Mencobauntukmulaimenulis
c.       Percayadiri
d.      Tidakpunya rasa “takutsalah”










7

4. KeterampilanBerbicara

A.    PengertianBerbicara
MenurutHeterighondan Park berbicaraadalahsalah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Sedangkan berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dan percakaran diperlukan mendengar dan bberbicara. Untuk barbicara secara efektif belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama pentingnya. Sehingga pendengar dalam komunikasi antar pribadisedikitnya ada 3 hal yang arus dilakukan.
B.     FaktorPermasalahanDalamBerbicara

a.       Pilihan kata (diksi)
b.      Ketepatanucapan
c.       Penguasaanberbahasa (dialek)
d.      Penampilan
e.       Persiapan mental
f.       Situasidankondisi

C.    SolusiDalamBerbicara

a.       Tidakkaku
b.      Pandangan focus terhadaplawanbicara
c.       Kelancaranberbicara
d.      Menguasaitopik










8


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Keterampilan berbahasa merupakan suatu proses belajar untuk memamahami segala sesuatu yang berkaitan dengan membaca,menyimak,menulis dan berbicara.
Faktor-faktor diatas sangat sangat berhubungan antar satu dan lainnya.

B.     Saran
Dalam fungsinya keterampilan berbahasa merupakan suatu modal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu, baik itu seorang pemateri ataupun bukan.
Dengan keterampilan berbahasa kita mudah berinteraksi antara satu dan yang lainnya.

















9


DAFTAR PUSTAKA

Rabu, 17 Oktober 2012, pkl 21.00 WIB
Rabu, 17 Oktober 2012, pkl 21.30 WIB
Rabu, 17 Oktober 2012, pkl 22.00 WIB










10






10